Elastisitas

Pengertian Elastisitas :

Besarnya prosentasi perubahan kuantitas yang diminta (Qd) / ditawarkan (Qs) terhadap prosentasi perubahan harga (P), atau;

  • Derajat kepekaan variabel dependent terhadap variabel independent
  • Ratio persentase antara variabel dependent terhadap variabel independent
  • Tingkat Leverage antara variabel dependent terhadap variabel independent

 

Jenis-jenis Elastisitas :

  • Elastisitas Elastis ( Ed > 1 )

Prosentasi perubahan kuantitas yang diminta lebih besar ( > 1 ) dari prosentasi perubahan harga

  • Elastisitas Inelastis ( Ed < 1 )

Prosentasi perubahan kuantitas yang diminta lebih kecil ( < 1 ) dari prosentasi perubahan harga

  • Elastisitas Uniter ( Ed = 1 )

                Prosentasi perubahan kuantitas yang diminta sama dengan ( = 1 ) dari prosentasi perubahan harga

  • Elastisitas Inelastis Sempurna ( Ed = 0 )

                Prosentasi perubahan kuantitas yang diminta lebih kecil ( = 0 ) dari prosentasi perubahan harga

  • Elastisitas Elastis Sempurna ( Ed = Tak terhingga )

                Prosentasi perubahan kuantitas yang diminta lebih besar ( = Tak hingga ) dari prosentasi perubahan harga

 

Rumus dasar mencari koefisien elastisitas harga, pendapatan dan elastisitas silang :

a. Rumus Koefisien Elastisitas harga

Image

b. Rumus Koefisien Elastisitas pendapatan

Capturedhahah

c. Rumus Koefisien Elastisitas silang

  • Untuk harga barang “y” berpengaruh terhadap  permintaan barang “x”

Capture32

  • Bila  harga barang “x” yang mempengaruhi permintaan barang “y”

Capture33

Diagram Lingkar ( Circular Flow )

circular flow

Diagram Lingkar ( Circular Flow )

Adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antarpara pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing pelaku ekonomi.

1)       Sektor Rumah Tangga (House Holds)

Sektor ini memiliki faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi barang dan jasa untuk Perusahaan (Firms)Yang dihasilkan dalam sektor rumah tangga;

  • Menyediakan tenaga kerja (Labor), Tanah (Land), Modal (Capital) dan Keterampilan dan skill (Entrepreneurship) untuk perusahaan (Firms)
  • Memperoleh pendapatan dari Upah (wages), Sewa (Rent), Bunga (Interest) dan Keuntungan (Profit)
  • Sebagai Pembeli/ konsumen atas barang-barang yang dihasilkan/diproduksi oleh perusahaan baik berupa barang/jasa.

2)       Sektor Perusahaan (Firms)

Yang dihasilkan dalam sektor perusahaan;

  • Menghasilkan dan menyediakan barang-barang untuk kebutuhan rumah tangga
  • Memperoleh pendapatan dari pertukaran (jual-beli) kepada rumah tangga
  • Memperoleh input produksi dari rumah tangga yang berupa, Upah (wages), Sewa (Rent), Bunga (Interest) dan Keuntungan (Profit)
  • Mengeluarkan biaya dan ongkos produksi kepada rumah tangga yang berupa, Upah (wages), Sewa (Rent), Bunga (Interest) dan Keuntungan (Profit)

 

Penetapan Harga : Tujuan, Strategi dan berbagai macam pendekatannya

Bauran pemasaran atau marketing mix adalah konsep dasar dalam pemasaran, dimana didalamnya memuat tentang tahapan-tahapan pemasaran suatu produk atau jasa. Tahapan-tahapan dalam bauran pemasaran ini secara umum dikenal dengan istilah ‘4P’ yakni, Produk, Price, Place dan Promotion.
Salah satu keputusan yang penting dalam bauran pemasaran adalah ‘Price’ yaitu Penetapan Harga, karena dalam penetapan harga ini perusahaan harus menetapkan tujuan, kalkulasi biaya, tingkat permintaan, harga pasar serta pencapaian-pencapaian lainnya yang ingin diperoleh perusahaan atas produk atau jasa yang dimilikinya.
Meskipun cara penetapan harga yang dipakai sama bagi setiap perusahaan yaitu didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, dan laba. Tetapi kombinasi optimal dari faktor -faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produk, pasarnya, dan tujuan perusahaan.
Salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang, dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
Namun, banyak perusahaan yang kurang memperhatikan penetapan harga dengan baik. Kesalahan yang paling umum adalah sebagai berikut :
• Pertama adalah penetapan harga yang terlalu berorientasi biaya.
• Kedua, harga kurang sering direvisi untuk mengambil keuntungan dari perubahan pasar.
• Ketiga, harga ditetapkan secara independen dari bauran pemasaran lainnya dan bukannya sebagai unsur intrinsik dari strategi penentuan posisi pasar.
• Keempat, harga kurang cukup bervariasi untuk berbagai macam produk, segmen pasar, dan saat pembelian.

Berdasarkan hal tersebut penulisan ini bertujuan untuk memberikan sebuah pemahaman dalam penetapan harga diantaranya mengenai tujuan penetapan harga, alat penetapan harga strategi dan berbagai macam pendekatan mengenai penetapan harga.

PEMBAHASAN

HARGA DAN PENETAPAN HARGA

Harga mengandung pengertian, suatu nilai tukar dari produk barang atau pun jasa yang umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll)

Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia perdagangan produk disebut harga, dalam dunia perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis jasa akuntansi, konsultan disebut fee, biaya transportasi taxi, telepon disebut tariff sedangkan dalam dunia asuransi disebut premi.

Menurut Kotler (2001:439) Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai tukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

Monroe (1990) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak.

Berdasarkan definisi harga diatas maka dapat disimpulkan harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll).

Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari produk atau jasa yang di hasilkan.

Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan harapan konsumen.

Dalam penetapan harga, produsen harus memahami secara mendalam besaran sensitifitas konsumen terhadap harga. Menurut Roberto pada buku Applied Marketing Research, bahwa dari hasil penelitian menyebutkan isu utama yang berkaitan dengan sensitifitas harga yaitu; elasitas harga dan ekspektasi harga.

Sedangkan pengertian dari elasitas harga adalah:

  • Konsumen cenderung memberikan respon yang lebih besar atas setiap rencana kenaikan dibandingkan dengan kenyataan pada saat harga tersebut naik.
  • Konsumen akan lebih sensitive terhadap penurunan harga dibandingkan dengan kenaikan harga.
  • Elastisitas konsumen akan berkurang ketika melakukan shopping dengan teman atau dipengaruhi oleh sales person.

Dengan kata lain harga dan penetapan harga adalah suatu proses yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk memberikan nilai suatu produk atau jasa dengan mengkalkulasikan terlebih dahulu segala macam biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh keuntungan serta mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga.

TUJUAN PENETAPAN HARGA

Dalam teori ekonomi klasik, setiap perusahaan selalu berorientasi pada seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari suatu produk atau jasa yang dimilikinya, sehingga tujuan penetapan harganya hanya berdasarkan pada tingkat keuntungan dan perolehan yang akan diterimanya. Namun di dalam perkembangannya, tujuan penetapan harga bukan hanya berdasarkan tingkat keuntungan dan perolehannya saja melainkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan non ekonomis lainnya.

Berikut adalah tujuan penetapan harga yang bersifat ekonomis dan non ekonomis;

1.      Memaksimalkan Laba

Penetapan harga ini biasanya memperhitungkan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh. Semakin besar marjin keuntungan yang ingin didapat, maka menjadi tinggi pula harga yang ditetapkan untuk konsumen. Dalam menetapkan harga sebaiknya turut memperhitungkan daya beli dan variabel lain yang dipengaruhi harga agar keuntungan yang diraih dapat maksimum.

2.      Meraih Pangsa Pasar

Untuk dapat menarik perhatian para konsumen yang menjadi target market atau target pasar maka suatu perusahaan sebaiknya menetapkan harga yang serendah mungkin. Dengan harga turun, maka akan memicu peningkatan permintaan yang juga datang dari market share pesaing atau kompetitor, sehingga ketika pangsa pasar tersebut diperoleh maka harga akan disesuaikan dengan tingkat laba yang diinginkan

3.      Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha

Setiap usaha menginginkan tingkat pengembalian modal yang tinggi. ROI yang tinggi dapat dicapai dengan jalan menaikkan profit margin serta meningkatkan angka penjualan.

4.      Mempertahankan Pangsa Pasar

Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya penetapan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada

5.      Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga pemimpin industri (industry leader)

6.      Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan

Perusahaan yang baik menetapkan harga dengan memperhitungkan segala kemungkinan agar tetap memiliki dana yang cukup untuk tetap menjalankan aktifitas usaha bisnis yang dijalani.

Tujuan-tujuan dalam penetapan harga ini mengindikasikan bahwa pentingnya perusahaan untuk memilih, menetapkan dan
membuat perencanaan mengenai nilai produk atau jasa dan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan atas produk atau jasa tersebut.

METODE PENETAPAN HARGA

Setelah perusahaan menentukan dan menetapkan tujuan yang akan dicapai, maka langkah atau tahapan selanjutnya adalah menentukan metode penetapan harga. Secara umum metode penetapan harga terdiri dari 3 macam pendekatan, yakni ;

1.      Penetapan harga berdasarkan biaya

a)      Penetapan Harga Biaya Plus

Didalam metode ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutupi laba yang dikehendaki pada unit tersebut ( margin )

Rumus ; Biaya Total + Margin = Harga Jual

b)     Penetapan Harga Mark-Up

Untuk metode Mark-up ini, harga jual per unit ditentukan dengan menghitung harga pokok pembelian per unit ditambah ( mark-up ) jumlah tertentu

Rumus ;  Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual

c)      Penetapan Harga BEP ( Break Even Point )

Metode pentapan harga berdasarkan keseimbangan antara jumlah total biaya keseluruhan dengan jumlah total penerimaan keseluruhan.

Rumus ; BEP => Total Biaya = Total Penerimaan

2.      Penetapan Harga berdasarkan Harga Pesaing/Kompetitor

Penetapan harga dilakukan dengan menggunakan harga kompetitor sebagai referensi, dimana dalam pelaksanaannya lebih cocok untuk produk yang standar dengan kondisi pasar oligopoli. Untuk menarik dan meraih para konsumen dan para pelanggan, perusahaan biasanya menggunakan strategi harga. Penerapan strategi harga jual juga bisa digunakan untuk mensiasati para pesaingnya, misalkan dengan cara menetapkan harga di bawah harga pasar dengan maksud untuk meraih pangsa pasar.

3.      Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan

Proses penetapan harga yang didasari persepsi konsumen terhadap value/nilai yang diterima (price value), sensitivitas harga dan perceived quality. Untuk mengetahui value dari harga terhadap kualitas, maka analisa Price Sensitivity Meter (PSM) merupakan salah satu bentuk yang dapat digunakan. Pada analisa ini konsumen diminta untuk memberikan pernyataan dimana konsumen merasa harga murah, terlalu murah, terasa mahal dan terlalu mahal dan dikaitkan dengan kualitas yang diterima.

STRATEGI PENETAPAN HARGA

Strategi penetapan harga adalah tahapan dimana perusahaan mengklasifikasikan dan menggolongkan produk atau jasa yang dihasilkannya merupakan ‘produk baru’ yang belum memiliki konsumen loyal/tetap atau ‘produk yang telah beredar’ yang telah memiliki pangsa pasar tersendiri.

Strategi penetapan harga ini juga berhubungan dengan siklus kehidupan produk (Product Life Cycle) dimana suatu produk memiliki empat tahapan utama yakni, Perkenalan, Pertumbuhan, Kematangan dan Penurunan.

Secara khusus strategi penetapan harga ini terdiri dari ;

Produk Baru

Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi penetapan harga, yaitu

1.      Harga Mengapung (Skimming Price)

Memberikan harga tinggi untuk menutup biaya dan menghasilkan labamaksimum (perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa produknya berbeda dengan produk sejenis yang lain.)

Pendekatan skimming sangat efektif jika terdapat diferensiasi harga pada segmen tertentu dan pesaing relatif sedikit. Skimming juga dapat dimanfaatkan untuk membatasi permintaan sampai perusahaan merasa siap untuk melakukan produksi masal. Apalagi skimming dapat meningkatkan nilai produk menjadi sangat prestisius.

2.      Harga Penetrasi        

Memberikan harga rendah untuk menciptakan pangsa pasar dan permintaan, strategi ini dapat diterapankan pada situasi pasar tidak terfragmentasi ke dalam segmen yang berbeda, serta produk tersebut tidak mempunyai nilai simbolis yang tinggi. Pendekatan ini juga efektif terhadap sasaran pasar yang sensitif harga.

Produk Yang Telah Beredar

Strategi penetapan harga untuk produk yang telah beredar ini tentunya tidak terlepas dari posisi produk atau jasa tersebut dari siklus kehidupan produk, dalam hal ini tahapan siklusnya berada pada 3 (tiga) tingkatan berikutnya setelah perkenalan yakni;

1.      Tahap Pertumbuhan

Pada tahap pertumbuhan ini ditandai dengan penjualan meningkat disertai munculnya pesaing. Pada awalnya terjadi pertumbuhan yang cepat, strategi yang diterapkan adalah tetap mempertahankan harga produk/pasar. Ketika pertumbuhan melambat, terapkan strategi harga agresif ; menurunkan harga untuk mendorong penjualan sekaligus menghadapi persaingan yang semakin ketat.

2.      Tahap Kematangan

Pada tahap kematangan, fleksibilitas harga merupakan kunci efektivitas strategi penetapan harga. Pada tahapan ini perusahaan harus benar-benar responsif terhadap situasi pasar, konsumen maupun pesaing. Strategi penetapan harga dapat menggunakan ‘psikologis konsumen’ maupun ‘pemotongan harga’ (diskon), sehingga perusahaan dapat menjaga loyalitas konsumen (pangsa pasar) dan meningkatkan jumlah permintaan dan keuntungan yang diperoleh.

3.      Tahap Penurunan

Tahap penurunan produk atau jasa ditandai dengan menurunnya jumlah permintaan secara terus-menerus, sebagai tahap terakhir daur hidup produk terdapat dua alternatif langkah utama yang dapat dipilih. Pertama, strategi diskonting (pemotongan harga) Kedua, mempertahankan harga tetapi memotong biaya-biaya yang berhubungan dengan produk, terutama pengeluaran untuk promosi.

PENUTUP

KESIMPULAN

Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan maupun keinginannya dan umumnya dinyatakan dalam satuan moneter (Rupiah, Dollar, Yen dll).

Sedangkan penetapan harga adalah suatu proses untuk menentukan seberapa besar pendapatan yang akan diperoleh atau diterima oleh perusahan dari produk atau jasa yang di hasilkan.

Tujuan Penetapan harga meliputi;

1.      Memaksimalkan Laba

2.      Meraih Pangsa Pasar

3.      Return On Investment (ROI) / Pengembalian Modal Usaha

4.      Mempertahankan Pangsa Pasar

5.      Tujuan Stabilisasi Harga

6.      Menjaga Kelangsungan Hidup Perusahaan

Metode Penetapan Harga, terdiri dari ;

Penetapan harga berdasarkan biaya

A.    Penetapan Harga Biaya Plus Rumus ;           Biaya Total + Margin = Harga Jual

B.     Penetapan Harga Mark-Up Rumus ;           Harga Beli + Mark-Up = Harga Jual

C.    Penetapan Harga BEP ( Break Even Point ) Rumus ;           BEP => Total Biaya = Total Penerimaan

Penetapan Harga berdasarkan Harga Pesaing/Kompetitor

Penetapan Harga Berdasarkan Permintaan

Strategi Penetapan Harga menggunakan pendekatan PLC (Product Life Cycle)

Produk Baru

Dalam menetapkan strategi penetapan harga yang efektif untuk produk baru atau tahap perkenalan ini terdapat 2 (dua) alternatif strategi penetapan harga, yaitu

1.      Harga Mengapung (Skimming Price)

2.      Harga Penetrasi

Produk Yang Telah Beredar

1.      Tahap Pertumbuhan

2.      Tahap Kematangan

3.      Tahap Penurunan

SARAN

Dalam menentukan penetapan harga, perusahaan  tidak hanya memperhatikan harga namun perlunya perhatian khusus mengenai faktor-faktor diluar harga yang mempengaruhi jumlah permintaan, situasi pasar secara global, prilaku konsumen, siklus kehidupan produk dll, sehingga strategi penetapan harga ini dapat terarah, efektif dan sesuai dengan tujuan perusahaan atas produk atau jasa yang di hasilkannya

DAFTAR PUSTAKA DAN SUMBER PENULISAN 

Sistem Ekonomi Indonesia

“Ditinjau berdasarkan sistem pemilikan sumber daya ekonomi atau faktor-faktor produksi, tak terdapat alasan untuk menyatakan bahwa sistem ekonomi kita adalah kapitalistik. Sama halnya, tak pula cukup argumentasi untuk mengatakan bahwa kita menganut sistem ekonomi sosialis….,Jadi secara konstitusional, sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme dan bukan pula sosialisme”  ( Dumairy, 1996 )

Untuk memahami sistem ekonomi apa yang diterapkan di Indonesia, perlu dipahami terlebih dahulu ideologi apa yang di anut oleh Indonesia. Dalam kata lain, kehidupan perekonomian Indonesia tidak terlepas dari prinsip-prinsip dasar dari pembentukan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945. Isi Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa, salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas dari pokok-pokok pikiran yang terkandung didalamnya, yakni negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya.

Arti keadilan sosial mengandung dua makna penting. Pertama, prinsip pertumbuhan ekonomi dan pembagian pendapatan ( kemakmuran yang adil dan merata secara dinamis dan meningkat ). Kedua, prinsip demokrasi ekonomi dimana seluruh kekayaan alam Indonesia dan potensi bangsa lainnya diolah bersama-sama menurut kemampuan dan bidang masing-masing, untuk kemudian dimanfaatkan bagi kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa, saat ini Indonesia menggunakan sistem ekonomi Pancasila sesuai yang tertuang dalam sila kelima yaitu, “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang sangat menentang sistem individualisme liberal ( kapitalisme ) dan sistem komando ( Sosialisme ).

I.                   Sistem Ekonomi pada Masa Penjajahan Belanda.

Sistem ekonomi yang pernah diterapkan selama penjajahan Belanda dibagi dalam tiga episode :

  • Tahun 1600-1800        : Sistem Merkantilisme ala VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) — Penekanannya pada peningkatan ekspor dan pembatasan impor
  • Tahun 1830-1870        : Sistem Monopoli negara ala sistem tanam paksa
  • Tahun 1870-1945        : Sistem Kapitalis Liberal

Sistem-sistem kolonial  ini disatu sisi meninggalkan kemelaratan bagi rakyat Indonesia, namun disisi lain melahirkan budaya cocok tanam, sistem uang dan budaya industri. Bahkan sebenarnya, pemerintah Hindia Belanda telah menjadikan Indonesia ( disebut Bumi Nusantara ) menjadi salah satu kekuatan ekonomi di Asia. Pada masa itu Indonesia merupakan pengekspor terbesar sejumlah komoditas primer khususnya gula, kopi, tembakau, the, kina, karet dan minyak kelapa sawit.

II.                   Sistem Ekonomi pada Masa Orde Lama.

Soekarno sebagai Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia sangat membenci dasar-dasar pemikiran Barat, termasuk sistem ekonomi liberal/kapitalisme karena dianggap menyengsarakan rakyat Indonesia. Menurut Soekarno, Indonesia harus menerapkan pemikiran dari “Marhaenisme”, yaitu Marxisme. Namun dalam prakteknya, Soekarno menerapkan sistem ekonomi komando seperti yang diterapkan khususnya di negara-negara aliran komunis, seperti Uni Soviet ( sekarang Rusia ), negara-negara Eropa Timur dan China. Dengan sistem ini, semua rencana dan keputusan yang menyangkut pembangunan ekonomi, termasuk pemilihan industri yang akan dibangun, ditentukan sepenuhnya oleh pemerintah pusat.

Selama periode orde lama tersebut ( 1945 – 1966 ), perekonomian Indonesia tidak berjalan mulus, bahkan sangat buruk yang juga disebabkan oleh ketidakstabilan politik didalam negeri yang dicerminkan antara lain oleh terjadinya beberapa pemberontakan disejumlah daerah. Puncak kehancuran ekonomi Indonesia terjadi pada tahun 1966 menjelang akhir periode lama, yaitu terjadinya Hiperinflasi yang mencapai 650%.

III.                   Sistem ekonomi pada Masa Orde Baru Hingga Sekarang

Pada masa orde baru yang lahir tahun 1966, sistem ekonomi berubah total. Berbeda dengan pemerintahan orde lama, dalam era ini paradigm pembangunan ekonomi mengarah pada penerapan sistem ekonomi pasar bebas (demokrasi ekonomi) dan politik ekonomi diarahkan pada upaya-upaya dan cara-cara menggerakkan kembali roda ekonomi. Pemerintah orde baru menjalin kembali hubungan baik dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideologi komunis. Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga dunia lainnya seperti, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).

Pada awal era Soeharto ini, pemerintah mengambil langkah-langkah yang bersifat strategis, diantaranya adalah UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri pada tahun 1968. Disamping itu juga pemerintah mengembalikan perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasikan pada masa orde lama kepada pemiliknya. Hasil dari usaha-usaha pemerintah orde baru untuk menghidupkankan roda perekonomian dengan sistem ekonomi pasar dan didukung kebijakan-kebijakan ekonomi disegala sektor sangat mengagumkan, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini telah mampu meningkatkan posisi Indonesia dari salah satu negara termiskin didunia menjadi negara berpendapatan menengah.

Sistem ekonomi Indonesia cenderung semakin kapitalis atau sistem ekonomi pasar semakin luas diterapkan sejak era reformasi pada tahun 1998 hingga sekarang pada masa pemerintahan SBY. Dorongan utama yang membuat hal ini terjadi salah satunya adalah dari IMF sebagai konsekuensi dari bantuan keuangan yang diterima oleh pemerintah Indonesia untuk biaya pemulihan akibat krisis ekonomi 1997/1998, yang disebut sebagai “penyesuaian struktural” yang terdiri atas sejumlah langkah yang menjurus ke liberalisasi perekonomian negara peminjam, sehingga menimbulkan dampak negatif jangka pendek terhadap ekonomi dan gejolak sosial khususnya dalam perekonomian Indonesia.

Referensi :

Tambunan, Tulus T.H. 1996. Perekonomian Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.